Selasa, 09 Oktober 2012

KECELAKAAN TAMBANG BAWAH TANAH



Kecelakaan tidak hanya terjadi begitu saja, kecelakaan bisa saja terjadi karena tindakan yang salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan dalam melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah tangga. Hal tersebut menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan pabrik. Adapun Faktor Resiko yang sering dijumpai pada Perusahaan Pertambangan adalah sebagai berikut :
Ledakan dapat menimbulkan tekanan udara yang sangat tinggi disertai dengan nyala api. Setelah itu akan diikuti dengan kepulan asap yang berwarna hitam. Ledakan merambat pada lobang turbulensi udara akan semakin dahsyat dan dapat menimbulkan kerusakan yang fatal
Longsor di pertambangan biasanya berasal dari gempa bumi, ledakan yang terjadi di dalam tambang,serta kondisi tanah yang rentan mengalami longsor. Hal ini bisa juga disebabkan oleh tidak adanya pengaturan pembuatan terowongan untuk tambang.
Kebakaran, bila akumulasi gas-gas yang tertahan dalam terowongan tambang bawah tanah mengalami suatu getaran hebat, yang diakibatkan oleh berbagai hal, seperti gerakan roda-roda mesin, tiupan angin dari kompresor dan sejenisnya, sehingga gas itu terangkat ke udara (beterbangan) dan kemudian membentuk awan gas dalam kondisi batas ledak (explosive limit) dan ketika itu ada sulutan api, maka akan terjadi ledakan yang diiringi oleh kebakaran.
Pengelolaan Risiko menempati peran penting dalam organisasi kami karena fungsi ini mendorong budaya risiko yang disiplin dan menciptakan transparansi dengan menyediakan dasar manajemen yang baik untuk menetapkan profil risiko yang sesuai. Manajemen Risiko bersifat instrumental dalam memastikan pendekatan yang bijaksana dan cerdas terhadap pengambilan risiko yang dengan demikian akan menyeimbangkan risiko dan hasil serta mengoptimalkan alokasi modal di seluruh korporat. Selain itu, melalui budaya manajemen risiko proaktif dan penggunaan sarana kuantitatif dan kualitatif yang modern, kami berupaya meminimalkan potensi terhadap kemungkinan risiko yang tidak diharapkan dalam operasional.
Penyebab Kecelakaan Kerja (Heinrich Mathematical Ratio) dibagi atas 3 bagian Berdasarkan Prosentasenya:
1.      Tindakan tidak aman oleh pekerja (88%)
2.      Kondisi tidak aman dalam areal kerja (10%)
3.      Diluar kemampuan manusia (2%)
Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat ketidak serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40% masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan tugasnya mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut masalah PHK dan kecelakaan kerja.
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis beroperasi 8 – 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related Diseases).
Prosedur kerja standar adalah cara melaksanakan pekerjaan yang ditentukan, untuk memperoleh hasil yang sama secara paling aman, rasional dan efisien, walaupun dilakukan siapapun, kapanpun, di manapun. Setiap pekerjaan Harus memiliki SOP agar pekerjaan dapat dilakukan secara benar, efisien dan aman
1.      Rekrut Karyawan & Kontrol Pembelian
2.      Inspeksi dan Pengujian K3
3.      Komunikasi K3
4.      Pembinaan
5.      Investigasi Kecelakaan
6.      Pengelolaan Kesehatan Kerja
7.      Prosedur Gawat Darurat
8.      Pelaksanaan Gernas K3
Manajemen Resiko Pertambangan adalah suatu proses interaksi yang digunakan oleh perusahaan pertambangan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggulangi bahaya di tempat kerja guna mengurangi resiko bahaya seperti kebakaran, ledakan, tertimbun longsoran tanah, gas beracun, suhu yang ekstrem,dll. Jadi, manajemen resiko merupakan suatu alat yang bila digunakan secara benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman, bebas dari ancaman bahaya di tempat kerja.
Pengendalian risiko diperlukan untuk mengamankan pekerja dari bahaya yang ada di tempat kerja sesuai dengan persyaratan kerja Peran penilaian risiko dalam kegiatan pengelolaan diterima dengan baik di banyak industri. Pendekatan ini ditandai dengan empat tahap proses pengelolaan risiko manajemen risiko adalah sebagai berikut :
1.      Identifikasi risiko adalah mengidentifikasi bahaya dan situasi yang berpotensi menimbulkan bahaya atau kerugian (kadang-kadang disebut ‘kejadian yang tidak diinginkan’).
2.      Analisis resiko adalah menganalisis besarnya risiko yang mungkin timbul dari peristiwa yang tidak diinginkan.
3.      Pengendalian risiko ialah memutuskan langkah yang tepat untuk mengurangi atau mengendalikan risiko yang tidak dapat diterima.
4.      Menerapkan dan memelihara kontrol tindakan adalah menerapkan kontrol dan memastikan mereka efektif.
Manajemen resiko pertambangan dimulai dengan melaksanakan identifikasi bahaya untuk mengetahui faktor dan potensi bahaya yang ada yang hasilnya nanti sebagai bahan untuk dianalisa, pelaksanaan identifikasi bahaya dimulai dengan membuat Standart Operational Procedure (SOP). Kemudian sebagai langkah analisa dilakukanlah observasi dan inspeksi. Setelah dianalisa,tindakan selanjutnya yang perlu dilakukan adalah evaluasi resiko untuk menilai seberapa besar tingkat resikonya yang selanjutnya untuk dilakukan kontrol atau pengendalian resiko. Kegiatan pengendalian resiko ini ditandai dengan menyediakan alat deteksi, penyediaan APD, pemasangan rambu-rambu dan penunjukan personel yang bertanggung jawab sebagai pengawas. Setelah dilakukan pengendalian resiko untuk tindakan pengawasan adalah dengan melakukan monitoring dan peninjauan ulang bahaya atau resiko.
Secara umum manfaat Manajemen Resiko pada perusahaan pertambangan adalah sebagai berikut :
1.      Menimalkan kerugian yang lebih besar
2.      Meningkatkan kepercayaan pelanggan dan pemerintah kepada perusahaan
3.      Meningkatkan kepercayaan karyawan kepada perusahaan
Guna menghindari berbagai kecelakaan kerja pada tambang bawah tanah, terutama dalam bentuk ledakan gas perlu dilakukan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan ledakan ini harus dilakukan oleh segenap pihak yang terkait dengan pekerjaan pada tambang bawah tanah tersebut. Beberapa hal yang perlu dipelajari dalam rangka pencegahan ledakan adalah :
Pengetahuan dasar-dasar terjadinya ledakan, yaitu :
1.      Gas-gas yang mudah terbakar / meledak
2.      Karakteristik gas
3.      Sumber pemicu kebakaran/ledakan
4.      Metoda eliminasi penyebab ledakan
Sesungguhnya kebakaran tambang dan ledakan gas tidak akan terjadi jika sistem ventilasi tambang batubara bawah tanah itu cukup baik.

Selasa, 02 Oktober 2012

peralatan PBG dan VENTILASI

Sejauh yang saya ketahui tujuan ventilasi dan pokok pertimbangan mengenai ventilasi mengencerkan dan menyingkirkan berbagai macam gas, terutama metan, yang muncul di dalam tambang bawah tanah. Menyediakan udara segar yang diperlukan untuk pernapasan pekerja. Menyediakan udara yang diperlukan untuk mengendalikan peningkatan temperatur tambang bawah tanah akibat panas bumi, panas oksidasi dan lain-lain. Di antara tujuan di atas, sudah barang tentu menyediakan udara yang diperlukan untuk pernapasan pekerja adalah hal yang penting, namun pengaturan temperatur di dalam tambang bawah tanah juga hal yang penting dilihat dari segi pelaksanaan pekerjaan. Akan tetapi, dengan melakukan ventilasi yang cukup untuk menyingkirkan gas, tujuan tersebut biasanya dapat tercapai dengan sendirinya.
Oleh karena itu, perancangan ventilasi dan struktur tambang bawah tanah, serta manajemen pada waktu pengoperasian sebenarnya, harus dilakukan dengan meletakkan titik berat pada jaminan keselamatan, sambil mempertimbangkan rencana ekstraksi dan rencana pengangkutan di masa depan. Meski kecil, debu bisa menimbulkan masalah serius di tambang. Masalah yang ditimbulkan bukan masalah yang berakibat langsung pada hasil produksi, melainkan resiko kesehatan jangka panjang yang mungkin diderita oleh pekerja tambang.Tambang terbuka dan tambang bawah tanah sama-sama memiliki resiko ini. Karena ruang yang terbatas serta sirkulasi udara yang tidak selancar di permukaan, pekerja tambang bawah tanah memiliki resiko lebih tinggi untuk terpapar. Debu yang dapat mengancam kesehatan kita adalah yang mengandung silika. Silika antara lain terkandung di batu granit, batu pasir, sebagian batubara dan bijih logam. Dalam jangka lama, seorang yang terpapar debu silika dapat menderita silicosis. Silicosis merupakan penyakit yang ditandai dengan napas pendek, demam, dan cyanosis (kulit yang berwarna kebiruan). Silicosis terjadi karena partikel silika yang terhirup tidak dapat dikeluarkan lagi dari paru-paru. Adanya benda asing membuat jaringan paru-paru membengkak. Silika dan unsur ikutan lain juga menjadi senyawa racun yang kemudian merusak jaringan paru-paru.
Silicosis dapat dicegah dengan memastikan kadar silika selalu di bawah ambang batas. Itu sebabnya pemantauan debu (dust sampling) perlu dilakukan berkala untuk mengetahui kadar silika pada suatu area kerja. Jika ditemukan kadar diatas ambang batas, tindakan perbaikan harus dilakukan. Tindakan pencegahan paling efektif adalah rekayasa engineering, seperti penyediaan ventilasi yang bagus, metode basah, dust collector, dll. Agar perlindungan menjadi maksimal, pekerja juga dibekali dengan respirator. Respirator dilengkapi dengan filter hingga mampu mencegah partikel debu terhirup ke dalam paru-paru. Karyawan PT Freeport indonesia yang bekerja di area tambang diharuskan memakai alat pelindung diri sesuai kebutuhkan pekerjaannya. Untuk pekerjaan yang di area yang memerlukan respirator, respirator disiapkan dan karyawan senantiasa diingatkan untuk menggunakan respirator agar dapat bekerja dengan aman dan selamat. Ventilasi yang mencapai keseluruhan tambang bawah tanah disebut ventilasi utama, sedangkan ventilasi secara lokal di dalam tambang bawah tanah disebut ventilasi lokal. Dalam rangka penentuan rencana ventilasi, sebaiknya mempertimbangkan persyaratan di bawah ini Konstruksinya dibuat sedemikian rupa, agar ventilasi yang diperlukan untuk pengembangan tambang bawah tanah dapat dilakukan dengan paling ekonomis, dan konstruksinya dibuat memiliki kelonggaran (kelebihan) udara ventilasi secukupnya, untuk menghadapi perkembangan tambang bawah tanah di kemudian hari, serta peningkatan gas yang mungkin timbul. Struktur yang diinginkan untuk metode ventilasi adalah sistem diagonal pada ventilasi utama (penjelasannya akan diberikan kemudian). Sedangkan menyediakan sumuran tegak khusus untuk ventilasi tehadap penambangan bagian dalam, adalah tindakan yang rasional. Di tempat yang sulit dilakukan penggalian sumuran tegak (misalnya di tambang batu bara dasar laut), diharapkan memiliki sumuran miring khusus dengan penampang berbentuk lingkaran. Selain itu, konstruksinya dibuat sedemikian rupa agar tahanan ventilasi jalan udara (lorong ventilasi) utama menjadi sekecil mungkin, dan memungkinkan mengambil ventilasi cabang sebanyak mungkin dari lorong ini. Dalam melaksanakan pengembangan tambang bawah tanah dan penambangan, maka dilihat dari segi konstruksi tambang bawah tanah, adalah penting untuk membuat ventilasi permuka kerja ekstraksi batubara dan penggalian lubang bukaan menjadi independen secara sempurna, dan ventilasi untuk zona yang luas diharapkan mempunyai sistem ventilasi, baik udara masuk maupun udara buang, yang terpisah dari daerah lain Penentuan Ventilasi Yang Diperlukan Penentuan ventilasi yang diperlukan, harus dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal di atas. Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas, hal-hal yang dapat menjadi referensi dalam perancangan yang konkrit. Jumlah udara masuk per ton produksi Tembaga per hari jumlah udara per ton produksi Tembaga per hari adalah sekitar 1~8 (m3/min). Angka ini akan berbeda menurut jumlah emisi gas, tingkat pemusatan permuka kerja dan jumlah aliran cabang, di mana pada tambang bawah tanah yang jumlah emisi gasnya banyak, angka ini umumnya di atas 4(m3/min). Dari contoh di lapangan batu bara Eropa dikatakan, bahwa tambang bawah tanah yang tidak ada masalah dari segi emisi gas dan kondisi atmosfir tambang bawah tanah, angka ini adalah 2(m3/min), tambang bawah tanah yang baru mulai konstruksi adalah 3(m3/min) dan tambang bawah tanah yang mempunyai masalah dari segi kondisi atmosfirnya adalah sekitar 4(m3/min). Catatan :     Menurut hasil penelitian yang memplotkan jumlah emisi metan dan kedalaman tambang rata-rata untuk tambang batu bara bawah tanah 8 negara penghasil utama batu bara, yaitu Amerika Serikat, Australia, Inggris, Jerman, Polandia, RRC, Cekoslovakia dan bekas Uni Soviet. Peraturan keselamatan tambang tembaga mengatur mengenai udara tambang bawah tanah sebagai berikut Kandungan oksigen pada udara di dalam tambang bawah tanah harus lebih besar dari 19% dan kandungan gas karbon dioksida harus lebih kecil dari 1% Kandungan gas mudah nyala di dalam udara buang aliran cabang utama serta di lokasi kerja harus lebih kecil dari 1,5% dan di dalam aliran udara di tempat lalu lintas di dalam tambang bawah tanah harus lebih kecil dari 2%. Temperatur udara di lokasi kerja di dalam tambang bawah tanah harus lebih rendah dari 37°C. Jumlah udara ventilasi di portal udara masuk mengambil standar jumlah udara maksimum untuk pekerja tambang yang bekerja dalam waktu bersamaan di dalam tambang bawah tanah selama satu hari, dan untuk tambang batu bara kelas A harus dibuat lebih besar dari 3m3 per menit per orang. Kecepatan udara ventilasi harus lebih rendah dari 450 m/menit. Kecuali pada sumuran tegak dan lorong khusus untuk ventilasi boleh ditingkatkan sampai 600 m/menit. Jadi, di Jepang, selama tidak ada alasan yang khusus, harus ditentukan jumlah udara ventilasi yang membuat kondisi di dalam tambang bawah tanah memenuhi persyaratan-persyaratan di atas tersebut. Dengan berkembang dan meluasnya tambang bawah tanah, jalan udara menjadi semakin panjang, tekanan ventilasi yang diperlukan juga semakin besar, sehingga pada ventilasi sistem terpusat, tahanan ventilasinya membesar, dan selain itu, karena jalan udara masuk dan udara buang berdekatan, bersamaan dengan meningkatnya tekanan ventilasi, udara bocor semakin meningkat, hingga jumlah udara efektif berkurang. Oleh karena itu, biasanya di tempat yang terpisah jauh digali jalan udara buang baru, sedangkan lorong kemajuan utama dan lorong kemajuan paralel yang digunakan selama ini, keduanya dijadikan jalan udara masuk. Metode ventilasi yang jalan udara masuk dan udara buangnya terpisah jauh seperti ini disebut ventilasi sistem diagonal. Aliran cabang utama pada ventilasi tambang bawah tanah, pecah menjadi beberapa aliran cabang, kemudian setiap aliran cabang terbagi lagi untuk menyapu permuka kerja dan menjadi udara buang. Lama-lama aliran cabang udara buang lain juga berkumpul dan bergabung dengan udara buang utama dan dibuang ke luar tambang bawah tanah. Berpecah dan mengalirnya aliran udara seperti ini disebut pembagian aliran udara atau pencabangan aliran udara. 
Jaw Crusher di gerakan salah satu jepit, sementara jepit yang lain diam. Tenaga yang dihasilkan oleh bagian yang bergerak mampu menghasilakn tenaga untuk menghancurkan batuan yang keras. Kapasitas jaw crusher ditentukan oleh ukuran crusher.
Roll mill dugunakan sebagai sekunder atau terseier setelah batuan elewati crusher tipe lain yang berfungsi sebagai crusher primer. Roll crusher terdiri dari single roll dan double roll. Single roll digunakan untuk memecahkan batuan yang lembap dan tidak menguntungkan jika digunakan untuk memecahkan batuan yang abrasive. Roll Crusher memecah batu dengan menjepitnya diantara satu, dua roll atau lebih dimana roll-roll akan berputar berlawanan dengan adanya berat sendiri dan gusuran dari batu, maka batu akan pecah.
Ball Mill adalah penyebaran partikel ini acak-acakan ada yang besar dan ada yang kecil, tetapi di sini dapt dilihat bahwa partikel yang relatif besar saja yang mengalami penghancuran sampai akhirnya berukuran relatif sama sehingga tidak akan terjadi over grinding.
Sluice Box adalah memisahkan antara mineralberharga dengan yang tidak berharga mendasarkan atas gaya beratnya. Alat ini berbentuk box atau kotak yang bagian dalamnya dilengkapi dengan riffle, yang gunanya untuk menahan material yang mempunyai berat jenis relatif besar dibandingkan dengan material lain sehingga mampu mengimbangi gaya dorong dari aliran air.
Jig  adalah plungger yang bergerak naik turun sehingga menimbulkan suctiondan pulsion. Tempat konsentrat terletak di bagian bawah sedangkan dibagian atas tempat keluarnya tailing, ini semua terletak di bagian atas screen. Alat ini terbuat dari kayu atau beton, yang terdiri dari beberapa kompartemen yaitu konsentrat, middling dan tailing.
Shaking Table adalah berdasarkan perbedaan berat dan ukuran partikel terhadap gaya gesek akibat aliran air tipis. Partikel dengan diameter yang sama akan memiliki gaya dorong yang sama besar. Sedangkan apabila ssspecific Gravitynya berbeda maka gaya gesek pada partikel berat akan lebih besar daripada partikel ringan. Karena pengaruh gaya dari aliran, maka partikel ringan akan terdorong / terbawa lebih cepat dari partikel berat searah aliran.
Karena gerakan relative Horizontal dari motor maka partikel berat akan bergerak lebih cepat daripada material ringan dengan arah horizontal. Untuk itu perlu dipasang riffle (penghalang) untuk membentuk turbulensi dalam aliran sehingga partikel ringan diberi kesempatan berada diatas dan partikel berat relative dibawah.
Humphrey Spiral adalah umpan dimasukkan kedalam kotak penampung umpan. Kemudian dengan menggunakan pompa air, larutan umpan dipompa keatas spiral. Larutan umpan akan terlebih dahulu melewati Hydrocyclon. Pada Hydrocyclon umpan dipisahkan menjadi mineral berat dan mineral ringan. Mineral berat akan keluar dari Hydrocylon melalui pipa bagian bawah, sedangkan mineral ringan keluar dari pipa bagian atas. Umpan memasuki saluran spiral dalam bentuk campuran yang hampir homogen. Ketika larutan air beserta umpan mengalir mengelilingi jalur spiral, pemisahan terjadi pada bidang vertikal. Pemisahan biasanya terjadi sebagai hasil perpaduan dari Hindered Settling dan Interstitial Trickling. Gaya Bagnol juga memberikan kontribusi yang besar. Hasilnya adalah: partikel-partikel yang berat akan mengalir pada daerah dengan kecepatan rendah, pada sisi dalam dari bidang spiral, sedangkan partikel-partikel yang ringan akan mengalir pada daerah dengan kecepatan tinggi, pada sisi luar bidang spiral. Pada daerah berkecepatan rendah diletakkan splitter, yaitu lubang yang didesain dan berfungsi untuk menampung mineral berat atau dalam hal ini adalah mineral berharga. Konfigurasi dan letak (posisi) dari splitter dapat diatur sesuai dengan konsentrat yang akan dihasilkan. Hasil akhir yang didapat pada pemisahan dengan menggunakan metode Humphrey spiral adalah konsentrat, midling dan tailing.

Kamis, 12 April 2012

BUSUR INDONESIA BAGIAN TIMUR (IRIAN)

Wilayah Indonesia secara geografis terletak diantara dua benua yaitu Asia dan Australia serta terletak diantara dua samudra yaitu Pasifik dan Hindia. Indonesia sebagai negara kepulauan merupakan salah satu wilayah yang mempunyai tatanan geologi dan pola tektonik yang komplek dimuka Bumi ini. Secara tektonik lempeng, Indonesia merupakan lokasi benturan antara tiga lempeng utama litosfir yaitu Hindia-Australia di bagian selatan, Pasifik di sebelah timur laut dan Eurasia di barat laut. Karena interaksi antara lempeng-lempeng tersebut, terjadi berbagai gejala-gejala tektonik yang berkaitan dengan pembentukan busur kepulauan, kegunungapian, kegempaan, cekungan, dan struktur geologi yang kompleks.

Secara fisiografis wilayah Indonesia dibatasi  di sebelah selatan oleh suatu palung laut dalam yang memanjang dan dapat diikuti mulai dari  Burma-Andaman-Sumatra-Jawa hingga ke Kepulauan Banda di bagian Timur Indonesia, yang merupakan jalur penekukan dan penyusupan lempeng Hindia-Australia ke bawah lempeng Asia Tenggara.  Antara Indonesia bagian timur dan barat, terdapat perbedaan fisiografis yang mencolok.

Daerah busur tengah Irian Jaya memanjang dari kepala burung hingga Papua Nugini. Hal ini berkaitan dengan pergerakan sabuk New Guinea, sebuah zona sabuk metamorfik dan pembentukan ophiolit. Busur diikuti juga dengan subduksi di selatan dan diikuti penumbukan. Kegiatan vulkanisme yang mengikuti adalah bersifat andesitik. Busur tengah Irian Jaya terbentuk di lempeng aktif Pasifik. Deformasi yang terus terjadi mengakibatkan pembentukan deposit pada daerah benua pasif yang terbentuk sebelumnya dengan dasar berupa batugamping jalur New Guinea. Mineralisasi yang terjadi berupa porfiri yang kaya akan emas, badan bijih skarn.
Keberadaan ketujuh busur mayor ini berkaitan dengan mineralisasi aktif di Indonesia, terutama terhadap emas dan tembaga. Jumlah endapan per km panjang busur tergantung pada masing - masing busur dan kontrol lain yang berkaitan dengan mineralisasi. Pada gambar di atas ditunjukkan daerah mineralisasi aktif sepanjang busur magmatik di Indonesia.
Busur mayor ini juga diikuti dengan keberadaan busur minor di sekitar. Busur minor tersebut terdiri atas :
1.    Busur Schwaner mountain (west Kalimantan, tonalitic - granodioritic batholiths, early cretaceous)
2.    Busur Sunda shelf (Karimata island, granitic, late cretaceous)
3.    Busur Moon utawa (northern head of Irian Jaya, andesitic - sedimentary rocks - intruded dioritic, middle miocene)
4.    Busur West sulawesi (western Sulawesi, granitic, late miocene - pliocene)
5.    Busur Northwest Borneo (andesitic, middle miocene)
6.    Busur Sumba Timor (andesitic - andesite porphyry intrusions, palaeogene)
7.    Busur Coastal Irian Jaya (Mamberamo, diorites, neogene possibly)
8.    Busur Talaud (Northeast Sulawesi, andesitic-andesite blocks in melange, neogene)
Di Indonesia bagian barat terdapat busur-busur kepulauan, yang dibatasi oleh lautan dengan kedalaman rata-rata berkisar antara 200 meter dan membentuk suatu paparan yang luas yang dikenal dengan Sundaland. Di Indonesia bagian timur,  busur-busur kepulauannya dibatasi oleh lautan dengan kedalaman mencapai ribuan meter, dengan palung-palung dalam yang terdapat di antara busur lengkung yang tajam dan beda relief yang sangat tajam. Kedua fisiografi yang berbeda tersebut dibatasi oleh suatu garis imajiner yang membentang di atara Pulau Bali dan Pulau Lombok di selatan dan menerus ke utara melalui Selat Makasar. Garis tersebut dikenal sebagai garis Wallace yang awalnya merupakan garis pembatas yang memisahkan keragaman flora dan fauna antara Indonesia bagian barat dengan Indonesia bagian timur. Fisiografi pada dasarnya merupakan pencerminan dari kondisi geologi dan struktur suatu wilayah.
Adanya perbedaan tersebut menunjukan adanya perbedaan perkembangan tektonik yang menonjol antara Indonesia bagian  barat dan bagian timur. Pada Jurasic Akhir diperkitakan Blok Banda yang sebelumnya bergabung dengan Gondawa  terpisah dan menjauhi Sula Spur. Blok Argo lalu terpisah kemudian melalui proses pemekaran (spreading).
Pemekaran berkembang ke barat menerus sampai pada margin dari Greater India 2. Busur kepulauan dan fragmen-fragmen benua bergerak menjauh dari Gondawa sebagai hasil dari rollback dari subduksi.  Lalu 135 juta tahun yang lalu, India mulai terpisah dari Australia dan Papua yang masih bergabung dengan Antartika. Pemekaran di Ceno Tethys memiliki orientasi rata-rata NW-SE. Blok Argo dan Busur Woyla bergerak ke Asia Tenggara. Sekitar 25 juta tahun kemudian India terpisah dari Australia. Blok Argo mendekati Sundaland dan pemekaran pada Ceno-Tethys yang berarah NW-SE berhenti. Pusat pemekaran antara India-Australia berkembang ke arah utara. Terjadi subduksi di bagian selatan Sumatra dan tenggara Kalimantan. Pada 90 juta tahun yang lalu, Blok Argo mendekati Kalimantan sebelah barat laut Kalimantan dan Busur Woyla mendekati tepian Sumatra. Koalisi-koalisi tersebut menyebabkan subduksi yang berlangsung sebelumnya berhenti. India terus bergerak ke utara melalui subduksi pada Busur Incertus. Australia dan Papua mulai bergerak perlahan menjauhi Antartika. Pada Kapur Akhir, India bergerak cepat ke utara dikarenakan pemekaran yang cepat di bagian selatan dan terbentuk sesar-sesar tranform.

Tidak ada pergerakan yang signifikan antara Australia dengan Sundaland serta tidak terjadi subduksi di bawah pulau Sumatra dan Jawa.  Sekitar 55 juta tahun yang lalu, pergerakan Australia-Sundaland menyebabkan terbentuknya subduksi sepanjang barat tepi Sundaland, di bawah Pulau Sumba dan Sulawesi Barat, dan mungkin menerus ke utara. Batas antara lempeng Australia-Sundaland pada bagian selatan Jawa merupakan zona strike-slip sedangkan pada selatan Sumatra berupa zona strike-slip tangensional. Busur Incertus dan batas utara dari Greater India bergabung dan terus bergerak ke utara. Pada 45 juta tahun yang lalu, Australia dan Papua mulai bergerak dengan cepat menjauhi Antartika. Terbentuk cekungan di sekitar daerah Celebes dan Filipina serta jalur subduksi yang mengarah ke selatan pada proto area Laut Cina Selatan. Pada 35 juta tahun yang lalu, daerah Sundaland mulai berotasi berlawanan dengan arah jarum jam, bagian timur Kalimantan dan Jawa secara relatif bergerak ke utara. Rotasi tersebut berlangsung disebabkan karena adanya interaksi lempeng India ke Asia.  Lalu pada 15 juta tahun yang lalu, bagian kerak samudra pada Blok Banda yang berumur lebih tua dari 120 juta tahun yang lalu mencapai jalur subduksi pada selatan Jawa. Palung berkembang ke arah timur sepanjang batas lempeng sampai bagian selatan dari Sula Spur. Australia dan Papua mendekat ke posisi sekarang ini dan lengan-lengan dari Sulawesi mulai bergabung. Lalu 5 juta tahun yang lalu jalur-jalur subduksi dan gunung berapi berkembang hampir mendekati keadaan saat ini. Australia dan Papua terus bergerak ke utara.

Struktur Geologi Wilayah Indonesia Timur dihasilkan sebagai akibat interaksi 4 buah lempeng lithosfer (Eurasia, Laut Philipina, India dan Pasific). Di wilayah laut Maluku, zona Beniof memanjang berlawanan arah, yaitu ke arah barat dan timur, dan busur vulkanik yangberkembang, yaitu busur Sangihe (Morrice, dkk. , 1981). Zona Beniof memanjang 45o sepanjang 230 km di bawah lempeng laut Philipina dibagian timur, tetapi penajaman (55o - 65o) sedalam 680 km bagian tenggara lempeng Asia yang terletak di atas busur Sangihe (Cardwell, dkk., 1980). Perbedaan panjangzona seismik antara busur bagian barat dan timur, mungkin berhubungan denganlamanya tumbukan atau kecepatan tumbukan dari penajaman ke arah barat di bawah busur Sangihe. Busur Sangihe relatif lurus berarah utara ± selatan sepanjang 300 km menunjukkan busur khusus. Deretan vulkanik depan (Tongkoko ± Banua Wuhu) terletak 100 - 200km di atas zona Beniof, dan gunungapi-gunungapi tumbuh meluas sampai 70 km dibelakang deretan vulkanik depan, dengan demikian busur vulkanik berada 100 - 180km di atas sumber gempa. Di kepulauan Sangir terdapat 4 buah gunungapi aktif (Awu, Banua Wuhu, Api Siau,Raung), yang terletak pada garis sepanjang 50 km. Disamping itu ada tiga pulaulainnya (Kalama, Makalehi, Tagulandang) yang memiliki morfologi vulkanik muda. G. Awu merupakan gunungapi aktif di ujung utara busur Sangir, dan berada dibagianutara pulau Sangihe. Struktur geologi yang berkembang di daerah G. Awudan sekitarnya, terdiri dari kaldera, kawah, sesar dan kelurusan vulkanik.

Geologi Papua merupakan priode endapan sedimentasi dengan masa yang panjang pada tepi Utara Kraton Australia yang pasif yang berawal pada Zaman Karbon sampai Tersier Akhir. Lingkungan pengendapan berfluktuasi dari lingkungan air tawar, laut dangkal sampai laut dalam dan mengendapkan batuan klatik kuarsa, termasuk lapisan batuan merah karbonan, dan berbagai batuan karbonat yang ditutupi oleh Kelompok Batugamping New Guinea yang berumur Miosen. Ketebalan urutan sedimentasi ini mencapai + 12.000 meter. Pada Kala Oligosen terjadi aktivitas tektonik besar pertama di Papua, yang merupakan akibat dari tumbukan Lempeng Australia dengan busur kepulauan berumur Eosen pada Lempeng Pasifik. Hal ini menyebabkan deformasi dan metamorfosa fasies sekis hijau berbutir halus, turbidit karbonan pada sisii benua membentuk Jalur “Metamorf Rouffae” yang dikenal sebagai “Metamorf Dorewo" Akibat lebih lanjut tektonik ini adalah terjadinya sekresi (penciutan) Lempeng Pasifik ke tas jalur malihan dan membentuk Jalur Ofiolit Papua Pada Kala Oligosen terjadi aktivitas tektonik besar pertama di Papua, yang merupakan akibat dari tumbukan Lempeng Australia dengan busur kepulauan berumur Eosen pada Lempeng Pasifik. Hal ini menyebabkan deformasi dan metamorfosa fasies sekis hijau berbutir halus, turbidit karbonan pada sisii benua membentuk Jalur “Metamorf Rouffae” yang dikenal sebagai “Metamorf Dorewo”. Akibat lebih lanjut tektonik ini adalah terjadinya sekresi (penciutan) Lempeng Pasifik ke tas jalur malihan dan membentuk Jalur Ofiolit Papua. Peristiwa tektonik penting kedua yang melibatkan Papua adalah Orogenesa Melanesia yang berawal dipertengahan Miosen yang diakibatkan oleh adanya  tumbukan Kraton Australia dengan Lempeng Pasifik. Hal ini mengakibatkan deformasi dan pengangkatan kuat batuan sedimen Karbon-Miosen (CT),  dan membentuk Jalur Aktif Papua. Kelompok Batugamping New Guinea kini terletak pada Pegunungan Tengah. Jalur ini dicirikan oleh sistem yang komplek dengan kemiringan ke arah utara, sesar naik yang mengarah ke Selatan, lipatan kuat atau rebah dengan kemiringan sayap ke arah selatan  Orogenesa Melanesia ini diperkirakan mencapai puncaknya pada Pliosen Tengah. Dari pertengahan Miosen sampai Plistosen, cekungan molase berkembang baik ke Utara maupun Selatan. Erosi yang kuat dalam pembentukan pegunungan menghasilkan detritus yang diendapkan di cekungan-cekungan sehingga mencapai ketebalan 3.000 – 12.000 meter.  Pemetaan Regional yang dilakukan oleh PT Freeport, menemukan paling tidak pernah terjadi tiga fase magmatisme  di daerah Pegunungan Tengah. Secara umum, umur magmatisme diperkirakan berkurang ke arah selatan dani utara dengan pola yang dikenali oleh Davies (1990) di Papua Nugini. Fase magmatisme tertua terdiri dari terobosan gabroik sampai dioritik, diperkirakan berumur Oligosen dan terdapat dalam lingkungan Metamorfik Derewo. Fase kedua magmatisme berupa diorit berkomposisi alkalin terlokalisir dalam Kelompok Kembelangan pada sisi Selatan Patahan Orogenesa Melanesia Derewo yang berumur Miosen Akhir  sampai Miosen Awal. Magmatisme termuda dan terpenting berupa instrusi dioritik sampai monzonitik   yang dikontrol oleh suatu patahan yang aktif mulai Pliosen Tengah sampai kini. Batuan-Batuan intrusi tersebut menerobos hingga mencapai Kelompok Batugamping New Guinea, dimana endapan porphiri Cu-Au dapat terbentuk seperti Tembagapura dan OK Tedi di Papua Nugini. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Nabire Bhakti Mining terhadap 5 contoh batuan intrusi di Distrik Komopa menghasilkan  umur antara 2,9 juta tahun sampai 3,9 juta tahun. Selama Pliosen (7 – 1 juta tahun yang lalu) Jalur lipatan papua dipengaruhi oleh tipe magma I – suatu tipe magma yang kaya akan komposisi potasium kalk alkali yang menjadi sumber mineralisasi Cu-Au yang bernilai ekonomi di Ersberg dan Ok Tedi. Selama pliosen (3,5 – 2,5 JTL) intrusi pada zona tektonik dispersi di kepala burung terjadi pada bagian pemekaran sepanjang batas graben. Batas graben ini terbentuk sebagai respon dari peningkatan beban tektonik di bagian tepi utara lempeng Australia yang diakibatkan oleh adanya pelenturan dan pengangkatan dari bagian depan cekungan sedimen yang menutupi landasan dari Blok Kemum.    Menurut Smith (1990), Sebagai akibat  benturan lempeng Australia dan Pasifik adalah terjadinya penerobosan batuan beku dengan komposisi sedang kedalam batuan sedimen diatasnya yang sebelumnya telah mengalami patahan dan perlipatan. Hasil penerobosan itu selanjutnya mengubah batuan sedimen dan mineralisasi dengan tambaga yang berasosiasi dengan emas dan perak.

Stratigrafi
-       Batuan malihan tak terpisahkan berumur Paleozoikum (Pz)
            Merupakan batuan tertua di daerah penyelidikan, terdiri dari batu lempung, batupasir arkosa dan batugamping lapukan. Termasuk dalam kelompok ini adalah batuan sedimen klastika laut termalihkan rendah, termalihkan menengah dan termalihkan tinggi. Beberapa batugamping dan marmer yang terhablur ulang, berlapis terlipat. Sebaran batuan malihan ini menempati bagian tengah, bagian timur dan bagian tenggara daerah penyelidikan, membentuk morfologi pegunungan.
-       Batuan Plutonik berumur Paleozoikum-Mesozoikum (PTR)
            Menerobos batuan malihan tak terpisahkan berumur Paleozoikum  (Pz). Batuan ini terdiri dari granit urat dan retas pegmatite mengandung turmalin, granodiorit, monzonit kuarsa dan granit porfir merah jambu. Sebaran batuan plutonik ini mengikuti arah dan Sistim Sesar Sorong dan Sistim Sesar Ransiki, terdapat di Kota Sorong, sebelah barat Manokwari dan daerah Ransiki, membentuk morfologi pegunungan.
-       Batuan sedimen klastika laut berumur Paleozoikum (CP)
            Secara tidak selaras menutupi batuan malihan tak terpisahkan berumur Paleozoikum (Pz). Batuan ini berbutir halus sampai menengah, beberapa konglomerat dan batubara, gampingan, membentuk morfologi pegunungan. Yang termasuk dalam kelompok batuan ini adalah lapisan merah bukan endapan laut kebanyakan berbutir halus pada puncaknya gunungapi. Sebaran batuan ini di bagian tengah daerah Kepala Burung. Batuan ini membentuk morfologi pegunungan.
-       Batuan terobosan ultramafik berumur Jura Bawah (M)
            Terdiri dari serpentin, peridotit, piroksenit dan gabro menempati bagian utara Pulau Waigeo (merupakan batuan tertua di pulau tersebut) dengan morfologi perbukitan sampai pegunungan.
-       Batuan sedimen klastika laut berumur Mesozoikum (Kj)
            Secara tidak selaras menutupi batuan sedimen klastika laut Palezoikum (CP). Batuan ini bersifat gampingan, dengan sebaran batuan dibagian utara tengah Kabupaten Sorong (Sausapor), bagian tengah Kepala Burung (sebelah barat Ransiki) dileher Kepala Burung (sebelah barat Wassior) membentuk morfologi perbukitan terjal sampai pegunungan.
-       Batuan sedimen klastika laut berumur Tersier  (Tm)  
            Bersifat gampingan yang secara tidak selaras menutupi batuan klastika laut berumur Mesozoikum (Kj). Kelompok batuan ini adalah batuan sedimen klastika laut umumnya berbutir halus dan gunungapi, batupasir kuarsa, setempat konglomerat, dengan serpih pasiran dan batulanau. Sebarannya menempati bagian tengah Pulau Misool, bagian baratdaya Pulau Waigeo, bagian utara Pulau Batanta, bagian tengah daerah Kepala Burung (sekitar Ayamaru) dan bagian leher Kepala Burung (Teluk Wandamen), membentuk morfologi perbukitan landai sampai terjal, dengan topografi karst.
-       Batuan beku berumur Eosen Bawah sampai Miosen Bawah (TelTml)
            Berupa lava basalan hingga andesitan, umumnya terubah, aglomerat, breksi lava, tufa lava bantal, stok dan retas diorit, andesit dan porfir basalkan gabro. Sebaran batuan ini terdapat dibagian tengah dan timur Pulau Waigeo, sebagian besar Pulau Batanta, bagian baratlaut Pulau Salawati, bagian utara Kepala Burung (Warmare) dan bagian timur Kepala Burung (sebelah utara Ransiki), membentuk morfologi perbukitan sampai pegunungan.
-       Batuan beku berumur Miosen Tengah (Tmm)
            Berupa batuan gunungapi andesit, sedikit dasit dan tufa basal, aglomerat, lava dan tufa padu, sedimen klastika gunungapi tufaan, retas dan stok diorit, andesit, porfir dasit dan dolesit beberapa sisipan batugamping. Sebaran batuan ini dibagian utara (daerah Saukorem) dan sebelah tenggara Manokwari (Pegunungan Arfak), membentuk morfologi  pegunungan.
-       Bancuh berumur Miosen Atas (Tux) 
            Serpihan tektonik dengan sedimen klastika laut fasies laut dalam, serpih karbonan, kalkarenit, batupasir, sedikit batupasir koral-gampingan dan napal. Sebaran satuan batuan ini mengikuti Sistim Sesar Sorong (dimulai dari bagian timur laut Pulau Salawati, menerus ke Kota Sorong dan sebelah timur kota Sorong), membentuk morfologi perbukitan.
-       Batuan sedimen klastika laut dan darat berumur Miosen Atas sampai Plistosen (TmuQp),
            Umumnya berbutir halus dan batubara. Sebaran batuan ini menempati bagian tenggara barat Kepala Burung (Klomosin), sekitar Teminabuan, Bintuni dan Babo, membentuk morfologi perbukitan landai sampai dataran, secara tidak selaras menutupi kelompok batuan sedimen klastika laut berumur Tersier (Tm).
-       Batugamping terumbu, batulanau, batupasir dan lignit, berumur Kuarter (Qm),
            Menempati bagian utara Pulau Misool dan bagian timur Manokwari, membentuk morfologi perbukitan.
-       Endapan permukaan berupa endapan sungai, endapan danau dan endapan pantai, berumur Kuarter (Q),
            Merupakan batuan termuda di daerah Kepala Burung, secara tidak selaras menutupi batuan yang lebih tua, membentuk morfologi dataran. Sebaran endapan permukaan ini menempati bagian selatan Pulau Salawati dan bagian selatan daerah Kepala Burung dan sebelah barat  Manokwari, membentuk morfologi dataran. Stratigrafi Lembar Misool secara umum dapat dikelompokkan atas batuan sedimen, batuan malihan dan batuan piroklastik dengan kisaran umur mulai dari Paleozoikum hingga Holosen. Batuan Pra Tersier berumur mulai Pra Trias – Kapur Akhir terdiri atas Batuan Malihan Ligu, Formasi Keskain, Batugamping Bogal, Batunapal Lios, Serpih Yefbi, Formasi Demu, Serpih Lelinta, Kelompok Fageo, Batugamping Facet dan Formasi Fafanlap. Batuan Tersier terdiri atas Formasi Daram, Batugamping Zaag, Batunapal Kasim, Batugamping Openta dan Batugamping Atkari. Endapan Kuarter adalah Aluvium yang merupakan endapan permukaan yang tersebar di sepanjang pantai dan aliran sungai utama. Fokus penyelidikan pada kegiatan ini adalah Batugamping Atkari dan Batunapal Kasim berumur Plio-Plistosen yang berdasarkan pemerian litologinya dijelaskan mengandung endapan batubara dari jenis lignit (Rusmana, dkk., 1989)
Struktur Geologi Dari tatanan tektonik Irian Jaya Kepulauan Misool terletak pada Misool – Onin High yang  berbatasan dengan Cekungan Salawati di utaranya. Struktur geologi Kepulauan Misool membentuk lajur antiklin yang tersesarkan, dan diduga merupakan suatu antiklinorium dengan arah sumbu sejajar dengan pantai selatan pulau Misool (Arah Barat – Timur). Berdasarkan penafsiran tersebut P. Misool diperkirakan merupakan sayap utara antiklinorium dengan sayap selatannya ditempati oleh pulau – pulau kecil di sebelah selatan dan tenggara dari P. Misool.  Antiklinorium ini dipotong oleh beberapa sesar turun dan sesar geser yang berarah Timurlaut dan Timur – Tenggara. Disamping itu terdapat kelurusan-kelurusan berarah Timurlaut dan Utara – Timurlaut di bagian utara.
1. Diastrofisme
Adalah proses pergerakan lempeng muka bumi yang satu terhadap yang lainnya, mengakibatkan adanya berbagai bentuk di permukaan bumi. Bentuk bentuk tersebut adalah :
-    Sesar
Biasanya terjadi pada batuan beku atau batuan lainnya seperti batuan metamorfosa. Bagian patahan yang rendah disebut palung (graben). Bagian yang terangkat istilahnya horst.
-    Kekar
Kekar adalah retakan pada batuan yang dibentuk oleh tekanan yang dihasilkan oleh kejadian-kejadian tektonik, pendinginan, atau pantulan isostasi. Panjangnya bervariasi mulai dari milimeter hingga kilometer. Pada singkapan batuan kekar dapat berupa retakan kecil seukuran rambut yang panjangnya hanya beberapa millimeter atau rekahan terbuka sepanjang satu meter atau lebih. Kekar dapat terisi atau bisa juga tidak terisi, bila terisi biasanya diisi oleh tanah atau tanah liat. Mereka dibedakan dari sesar melalui sedikitnya pergerakan antara dua sisi kekar.
-    Lipatan
Lipatan adalah struktur yang tadinya datar namun telah dibengkokkan oleh gaya-gaya horizontal dan vertikal pada kerak bumi. Lipatan dapat 6 dihasilkan dari berbagai proses: kompresi kerak bumi, pengangkatan balok di bawah selimut yang terdiri dari batuan sedimen sehingga selimut tersebut tersampir di atas balok yang terangkat, dan luncuran gravitasional serta pelipatan di mana batuan berlapis meluncur ke bawah sisi-sisi balok yang terangkat lalu remuk. Bentang alam lipatan adalah:
1.    Antiklin
2.    Sinklin
3.    Monoklin
4.    Asymmetric fold
5.    Recumbent fold
-    Cembungan (Dome)
Proses terjadinya seperti lipatan namun bentuk yang dihasilkan bukan memanjang melainkan seperti mangkuk terbalik.
-    Cekungan (Basin)
Proses terjadinya sama dengan cembungan, hanya saja berlawanan dengan cembungan kulit bumi melentur ke bawah seperti sinklinal. Bentuknya seperti mangkuk yang badannya terkubur.
-    Plateau
Permukaan bumi yang datar dan cukup luas dengan tepiannya terjal. Garis tinggi di permukaan plateau berjarak jauh, tetapi rapat di tepinya yang terjal.
-    Volkanisme
Volkanisme adalah bentuk-bentuk di alam yang dihasilkan oleh aktivitas magma dan gunung api. Bentang alam vulkanisme digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu intrusif dan ekstrusif.
-    Antesedensi
7 Lipatan memiliki dampak yang besar terhadap sistem sungai. Apabila terjadi pengangkatan muka bumi secara bertahap dan pelan-pelan di tempat kikisan sungai berjalan lebih cepat dari proses pengangkatan sehingga kenampakan yang terjadi seakan-akan sungai tersebut mengalir ke arah muka bumi yang lebih tinggi, maka pengangkatan akan membentuk teras atau undak-undak dengan tebing sungai yang terjal.
-    Atol
Atol umumnya adalah cincin setengah lingkaran tersusun dari batu karang mengelilingi sebuah laguna tanpa ada daratan kering kecuali beberapa pulau (disebut motu) yang terbuat dari pasir dan detritus berukuran kerikil terlempar ke atas karang selama badai.
2. Denudasi
Denudasi adalah semua kegiatan yang terjadi di atas muka bumi yang mengakibatkan terkikisnya lapisan batuan di muka bumi baik secara mekanik ataupun kimia, baik berupa pengikisan ataupun pelapukan. Peneplain adalah suatu istilah yang diberikan oleh W.M. Davis untuk menyatakan suatu permukaan dengan relief rendah yang terkikis hingga mencapai permukaan laut dan terbentuk melalui erosi pada jangka waktu yang lama. Degradasi Secara keseluruhan, muka bumi yang dapat dilihat saat ini merupakan hasil degradasi atau perusakan yang diakibatkan oleh tenaga destruktif. Tenaga destruktif utama adalah air yang menyebabkan kerusakan karena mengalir dan karena larutnya berbagai zat di air yang juga mengakibatkan terjadinya peristiwa kimia merusak batuan tertentu. Di wilayah Nabire yang memiliki vegetasi padat (dengan hampir seluruh wilayahnya didominasi oleh hutan) dan aliran sungai yang banyak dan bercabang-cabang, pengikisan yang terjadi dapat dipastikan dilakukan oleh agen destruktif air. Oleh karena itu, pengikisan mekanik disini adalah pengikisan oleh aliran air dan pengikisan kimia adalah pengikisan yang diakibatkan oleh zat-zat yang terlarut dalam air. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa pengikisan dapat dilakukan pula oleh angin atau gletser.
Pengikisan mekanik pada patahan 8 Pola pengairan yang dihasilkan bentuknya bersudut siku-siku dinamakan rectangular. Namun, apabila topografinya tua (berarti mengalami pengikisan lebih lanjut) pola pengairannya dendritik yaitu menyerupai tulang daun. Jenis sungainya subsekuen atau insekuen. Pengikisan mekanik pada lipatan Pola pengairan yang dihasilkan lazimnya trelis. Jenis sungainya konsekuen pada topografi muda, resekuen pada topografi dewasa, serta obsekuen dan subsekuen pada topografi tua.
Pengikisan mekanik pada cembungan (dome) Pola pengairannya anular atau melingkar untuk kemudian berlanjut menjadi radial sementara anak-anak sungainya berpola trelis. Jenis sungai pada awalnya subekuen. Apabila sungai pada cembungan yang kikisannya sudah lanjut, sungai yang mengalir ke arah pusat cembungan adalah sungai obsekuen. Sedangkan sungai-sungai yang mengalir ke arah menjauhi pusat cembungan adalah sungai sungai resekuen. Pengikisan mekanik pada cekungan Pola pengairannya seperti pada lipatan karena dia menyerupai sinklinal. Jenis sungainya awalnya sungai konsekuen pada dasar cekungan. Apabila pengikisannya telah lanjut, sungai menjadi obsekuen, atau resekuen dan subsekuen. Pengikisan mekanik pada plateau Mengingat bahwa plateau terjadi sebagai akibat proses pengangkatan bagian dari muka bumi yang cukup luas, dapat dipastikan bahwa plateau itu sendiri terdiri dari lapisan yang agak keras di permukaannya sedangkan lapisan-lapisan yang di bawah permukaannya itu memiliki batuan yang sifatnya kurang keras. Pola pengairannya beragam yaitu:
a.    Plateau terangkat tinggi, tata airnya berupa sungai-sungai yang dalam dan bertebing terjal.
b.    Plateau yang tidak terangkat tinggi, pengikisan dasar sungai terhambat oleh ambang erosi.
c.    Plateau di daerah kering, pengikisan membentuk sudut-sudut tajam.
d.    Plateau di daerah basah, sudut-sudut kikisan tumpul diakibatkan lebatnya vegetasi atau tumupukan tanah akibat pelapukan. Plateau yang banyak terkikis meninggalkan bentuk mesa dan bila pengikisan berlanjut, bentuk mesa menyempit menjadi butte.
3. Agradasi
Agradasi, atau pengendapan yang dilakukan oleh agen-agen pengerosi seperti angin, air, dan es. Oleh karena di wilayah Indonesia agradasi aktif dilakukan oleh air dan khususnya di wilayah Nabire, tidak terjadi agradasi selain yang dilakukan air, maka hanya akan dipaparkan mengenai agradasi yang dilakukan oleh air. Agradasi oleh air terjadi apabila daya angkutnya menurun. Penurunan daya angkut air diakibatkan oleh menurunnya volume air atau menurunnya gradien lereng.